Why Are You Still Waiting For?

by - Juli 27, 2013

Salam.

Bismillah. Ditemani segelas susu cokelat hangat di malam minggu kedua bulan Ramadhan, saya membuat postingan ini.

Beberapa hari yang lalu, saya sempat berkirim pesan singkat melalui salahsatu aplikasi messenger yang sedang booming di smartphone dengan salahsatu teman, teman lama, lebih tepatnya teman SMP. Yah.. Sekedar silaturahmi.

Kami terlibat obrolan santai namun serius perihal masalah kehidupan roman saya. Hahaha. Saya tidak menganggap di kepo sehingga saya menjawab beberapa pertanyaan yang ia tanyakan melalui aplikasi messenger.




"Mengapa kamu bertahan dalam penantian?"

"Entahlah, aku sendiri tidak begitu tahu mengapa. Namun yang jelas, karena aku masih percaya dan yakin bahwa dialah orangnya."

"Bukankah kau meragukan kemampuan Tuhan untuk memberikan hal yang lebih baik?"

"Tidak meragukan-Nya. Hanya masalah keyakinan padanya. Itu sebabnya mungkin aku masih ber-istiqomah dalam penantian. Entah dalam prosesnyak Tuhan mengirimkan orang lain."

"Bagaimana jika kau melewatkan seseorang yang lebih baik darinya yang dikirimkan Tuhan?"

"Tidak tahu. Yang aku percaya adalah jika seseorang tersebut mampu membuatku berhenti menunggu dia yang kutunggu, dialah baru kiriman Tuhan. Mungkin bisa dikatakan tergantung siapa yang datang."

"Jika tergantung pada siapa yang datang, mengapa kau harus menunggu dia? Mengapa kau masih ber-istiqomah dalam penantian dia? Mengapa tak ikhlas melepas dan membuka hati? I don't know what it is you waiting for.. What the point of waiting when there's nothing to get?"

"Mengapa? Aku pun tidak begitu paham. Mungkin karena aku masih percaya bahwa suatu saat dia bakal melihat ke arahku, bahwa suatu saat ia tahu bahwa aku telah menunggunya sejak lama, bahwa suatu saat nanti ia akan mengerti walaupun sedikit saja bagaimana perasaanku sebagai penunggu."

"Bagaimana bila sia-sia?"

"Jika pada akhirnya semua penantian berujung sia-sia, aku yakin Tuhan akan mengetuk pintu hatiku dan bangkitkan aku dalam penantian panjang lalu Ia akan berbisik kalau sudah tiba saatnya aku harus berjalan, bukan berdiam diri dalam penantian sia-sia."

"Mengapa tidak meminta-Nya mengetuk pintu hatimu sekarang saja? Ia maha membolak-balikan hati umatnya."

"Karena hati saya masih cukup percaya pada dia yang ditunggu."

"Mengapa tidak meminta agar datang orang yang lebih baik darinya, yang tidak membiarkanmu merasa sendiri dan menunggu? Mengapa hatimu masih percaya? Kau yakin hatimu percaya? Apa mungkin hatimu ragu?"

"Aku pun tidak mengerti mengapa tidak meminta seseorang baru untuk datang. Tidak ada keraguan sama sekali. Mungkin karena tulus dan ikhlas saya menunggu."

"Every action in this world will bring a consequence. Silahkan pikirkan apakah keputusanmu benar atau salah."

"Yap."


*seruput susu cokelat hangat dari bibir gelas*


Ya. Itulah sekilas gambaran mengenai hal yang kami bicarakan beberapa hari yang lalu. Rumit? Ya, saya pun menilai pertanyaannya agak rumit. Bolak-balik saja. -_-

Perkara menunggu untuk saya bukan hal yang mudah. Banyak sekali yang harus direlakan dan ditahan. Perasaan rindu, misalnya, harus ditahan. Dan waktu, adalah hal yang saya relakan dalam penantian panjang, sebut saja penantian panjang tidak berujung sambil menjaga hati saya sendiri.

Yang saya lakukan sekarang hanya berdoa untuknya pada Dia yang maha mendengar dalam sujud panjang saya. Karena kata sesepuh dahulu, jarak terdekat dan paling dekat kita dengan Tuhan adalah saat hambanya bersujud lalu berdoa.

Menunggu itu hal yang berat dan membosankan. Sungguh. Apalagi jika menunggu sesuatu yang tidak pasti akan datang atau tidak. Menyedihkan. Namun jika hatimu telah menuntunmu untuk menunggu, tunggulah. Namun jika hatimu berkata saatnya untuk pergi, pergilah. Mungkin saatnya kau melepaskannya. Mungkin saatnya kau pergi dan mencari seseorang diluar sana.

Oh ya, tadi siang saya sempatkan diri mampir ke toko buku mayor di kota ini dan akhirnya membeli buku novel bejudul LONDON terbitan GagasMedia Publisher. Nanti jika sudah selesai, akan saya buat review mengenai buku ini.

Sampai jumpa!

Salam.

You May Also Like

0 komentar