Diberdayakan oleh Blogger.
  • Home
  • About Me
  • Thought
    • Self-Talk
    • Journal
  • Contact

Just Another Side of Me

hi, folks!


semua tulisan-tulisanku di masa mendatang akan ku tulis di sebuah blog lain, karena aku ingin menciptakan ruang sendiri untukku berbicara, bercerita, bahkan berkeluh kesah. tak akan banyak yang berubah disana, tapi mungkin kamu akan menemukan diriku seutuhnya di sana dengan berbagai perasaan serta pemikiran-pemikiran random-ku. aku nggak bisa menjanjikan tulisan-tulisan yang menakjubkan, because all i want to be is just to be me. it doesn't mean aku nggak nyaman untuk bercerita disini, it's just feel so awkward when you have to change all the concept. 


overall, if you want to visit or follow it, please check A Room To Talk for more writings. 





ps : i love every single memories i made around here, but i think it's time to move forward and found peacefulness inside of me. 



love, nrlhdyn.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
kadang saya bingung harus mulai menuliskan ini dari mana, maklum sejujurnya saya nggak pandai menulis; saya cuma orang yang cukup suka menulis. tapi kali ini saya berniat untuk menuliskan sesuatu tentang pertambahan angka dalam usia dan semakin berkurangnya waktu saya di dunia, serta menuliskan keinginan-keinginan yang perlahan-lahan coba saya wujudkan.



(Source: Pinterest)


per tanggal 5 bulan kemarin saya resmi bertambah usia. dua puluh lima tahun. saya resmi berusia se-per-empat abad. alhamdulillah. tahun kemarin saya bertambah usia tepat di hari raya idul fitri, sedangkan tahun ini nggak~ jujur, setiap ulang tahun saya nggak pernah mengharap apa-apa selain dikasih kesehatan & rezeki untuk ke depannya, saya juga cuma berharap hari itu akan berjalan lancar dan baik-baik saja. tapi nggak munafik juga kalau sejujur-jujurnya saya ingin merasa istimewa bagi orang-orang yang saya sayangi. siapapun itu. tapi saya juga cukup sadar diri kalau diri ini nggak begitu istimewa, poros dunia bukan hanya berputar untuk saya seorang. jadi intinya, saya selalu ingin memaknai diri saya dengan sebaik-baiknya, saya selalu ingin merasa istimewa paling tidak untuk diri sendiri, saya selalu ingin berpikir bahwa satu-satunya orang yang akan mencintai saya adalah diri saya sendiri.


hari itu berjalan biasa saja. saya masih harus pergi ke kantor dan mengerjakan beberapa pekerjaan kemudian pulang menjelang sore dan menghabiskan waktu untuk tetap #dirumahaja selama pandemi belum berakhir. tak ada lilin atau kue manis.


namun hari itu saya menyadari apa yang benar-benar saya inginkan; mandiri dan mapan secara finansial. hal itu kadang terdengar seperti mimpi. apakah saya bisa?


semenjak pandemi corona virus disease (covid-19), saya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. ketika awal kemunculannya, saya sempat merasa cukup stres karena harus benar-benar nggak keluar rumah. terlebih ketika itu, ketakutan dan ketidaktahuan akan virus ini masih besar. mall, bioskop, rumah makan, pusat perbelanjaan, hampir semua industri tersebut tutup. kalaupun buka, jam bukanya sangat dibatasi. sehingga ketika itu benar-benar tidak ada yang bisa saya lakukan selain #dirumahaja dengan kegiatan nonton series/film dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah. rutinitas makan di luar rumah dan jajan jajan yang nggak perlu berkurang cukup drastis. alhasil uang terasa tetap utuh. alhamdulillah kantor saya masih menggaji pegawainya full, nggak pake acara potong-memotong gaji walau waktunya kadang telat. tapi saya disini bersyukur banget. alhamdulillah kondisi keuangan saya masih baik-baik saja meski masih ada beberapa pengeluaran, terlebih menjelang hari raya kemarin. alhamdulillah saya pun memiliki dana darurat yang nggak terlalu besar tapi masih mencukupi untuk hidup paling nggak satu bulan ketika nggak ada penghasilan sama sekali. sementara di luar sana, banyak banget masyarakat yang terkena dampak covid-19 ini. sedih? banget. ikutan sedih karena penderitaan mereka yang kurang beruntung, yang terkena dampak langsung. sedih banget dan akhirnya saya berinisiatif sedikit membantu mereka dengan cara saya sendiri.


semakin ke sini saya jadi sadar kalau dana darurat itu sangat penting, kita nggak tau bakal ada apa di kemudian hari, kita nggak tau kehidupan kita nanti bagaimana ketika sesuatu yang buruk terjadi dan mengancam finansial kita untuk bertahan hidup. lalu saya jadi sadar, pentingnya kita mandiri secara finansial. sebuah instagram story dari @jonathanend yang membahas masalah finansial ini membuat saya makin ‘melek’ finansial. serius deh. kadang saya merasa tertampar sama kata-katanya, tapi apa yang ia katakan ya benar adanya. selain dana darurat (dana yang bisa kita gunakan ketika kita sementara tidak bisa berpenghasilan, bisa karena sakit mendadak, di PHK dari kantor, kebutuhan mendesak lain dll), kita perlu juga untuk memiliki asuransi kesehatan alias askes untuk paling nggak ya diri sendiri. intinya, pembahasan yang diangkat oleh bang joni ini sangat amat penting dan real. saya jadi punya banyak insight baru.


dan tanpa saya sadari, saya punya keinginan untuk bisa mandiri dan mapan secara finansial.


selama masa #dirumahaja ini saya jadi banyak banget dapat insight baru dan beberapa pembelajaran penting. terlebih masalah bersyukur dan finansial yang harus saya up grade kualitasnya. terlebih usia nggak lagi muda, apalagi abege. buat saya usia dua puluh lima bukan lagi soal foya foya karena masih muda. usia dua puluh lima adalah usia yang seharusnya sudah menyiapkan segala keperluan hidup terutama keuangan dengan baik dan mengaturnya. sebaik-baiknya. saya jadi merasa malu sama diri sendiri karena masih belum bisa mengatur keuangan kurang baik~


usia dua puluh lima : saya ingin mandiri dan mapan secara finansial yang lebih baik lagi. 



selamat ulang tahun~ 
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
(Source: Pinterest)


selama ini tanpa saya sadari, saya merasa nyaman berada di ‘balik layar’. bisa kalian katakan kalau saya berada di zona nyaman. mereka bilang saya perlu keluar dari zona nyaman untuk merasakan hal-hal baru yang berbeda yang mungkin saja saya suka. saya cuma tersenyum. menurut saya sih bukan keluar dari zona nyaman, tapi memperluas zona nyaman ke zona-zona lain. tapi intinya mungkin sama aja.


beberapa waktu lalu saya mencoba untuk berani memperluas zona nyaman, mencoba hal-hal baru yang belum pernah sama sekali saya coba yang menuntut saya untuk tampil di ‘depan layar’. hampir sebulan saya berusaha untuk melawan debar jantung yang semakin kencang dan mendadak burn out ketika berjalan menuju zona baru itu hampir setiap hari. dan bagaimana rasanya? i wasn't that bad, i guess. ketika sudah berada di zona baru itu, yang saya pikirin cuma bagaimana caranya supaya fit in, supaya saya bisa enjoy sama atmosfernya. dan setiap kali saya sudah merasa enjoy dengan atmosfernya dan sedikit demi sedikit memahami beberapa hal, tiba-tiba i got lost and feeling unwanted. suatu hari saya terbangun dan tak berniat untuk kembali ke sana. teringat bagaimana debar jantung dan burn out yang sangat menyiksa apabila terus dipaksakan.


pelan-pelan akhirnya saya step backwards, mundur perlahan-lahan. dan sampai dengan detik ini masih nggak berniat untuk kembali ke sana. tapi saya nggak menyesal. justru saya merasa lega, bahwa saya udah membuktikan ke diri sendiri dan cukup bangga sama diri sendiri karena berani mencoba dan melakukan yang terbaik, bilapun gagal setidaknya saya udah mencoba. 


dan pada akhirnya saya tahu dan paham sesuatu tentang diri sendiri; saya nggak merasa nyaman berada di ‘depan layar’, saya nggak bisa memaksakan sesuatu bila merasa nggak nyaman, dan saya memilih menjadi orang yang sibuk berkarya di ‘balik layar’ untuk menampilkan banyak hal baik di ‘depan layar’. ibaratnya seperti sutradara dalam film, dia nggak terlihat dalam film tapi berkat dia film itu ada sebab dia mengatur semuanya dalam film, berpikir keras untuk menciptakan hal-hal baik untuk tampil di ‘depan layar’ kelak. 


saya ingin berkarya dan berdedikasi pada hal-hal yang mampu menghangatkan hati, menjadi support system untuk setiap orang yang membutuhkan. dan sesekali menampilkan wajah diri di depan layar dengan seulas senyum bahagia. ❤️
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
beberapa minggu terakhir bagi saya cukup overwhelmed dengan berbagai pemberitaan di TV maupun di media sosial tentang Corona Virus Disease 2019 atau covid-19. entah karena rasa keingintahuan saya yang kelewat tinggi atau karena memang kurang kerjaan, saya sangat menyimak kasus penyebaran virus ini sudah cukup lama. tepatnya setelah virus ini outbreak di Wuhan, China dan pemerintah setempat memutuskan untuk melakukan lockdown demi menekan penyebaran virus. banyak berita tersebar mengenai asal muasal virus ini yang konon bersumber di sebuah pasar hewan yang berada di Wuhan. selain itu kabar mengenai banyaknya warga negara indonesia (WNI) yang berdomisili di Wuhan yang terpaksa berdiam diri di rumah/asrama, dan kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa. dan ternyata nggak butuh waktu lama untuk covid-19 ini menyebar ke berbagai negara.


saat ini negara kedua yang mengalami wabah covid-19 terparah selain Wuhan adalah di Italia. nggak usah disebutin jumlah kasusnya berapa, mendengar angkanya saja sudah membuat kulit merinding. tahu nggak kenapa? karena virus ini menyebarnya cepat, gila-gilaan. fasilitas kesehatan di sana dibuat kalangkabut oleh virus ini. ibaratnya, mereka (para tenaga medis dan stafnya) diminta untuk berperang melawan musuh yang nggak keliatan bentuknya kayak apa. musuh ini adalah virus yang nggak bisa kita lihat dengan mata telanjang. otomatis, kita nggak tahu apakah virus ini sudah mampir di lingkungan sekitar kita atau belum. nggak ada yang bisa menjamin. 




dan sekarang, sudah hampir 1 bulan Indonesia sedang di uji dengan kasus serupa. penyebaran virus mulai bergerak sejak presiden mengumumkan ada kasus positif covid-19 di Indonesia awal bulan ini. dalam hitungan hari, kasusnya makin bertambah. bukan bertambah hanya 1 atau 2 atau 3 kasus, nambahnya gede-gedean. terhitung sampai hari ini, jumlah kasus positif di Indonesia mencapai 1000-an. peningkatan jumlah kasus kian meningkat saat beberapa hari yang lalu pemerintah memutuskan untuk melakukan tes corona massal di beberapa tempat yang dicurigai memiliki banyak kasus.


jujur aja saya agak khawatir mengingat kota yang saya tinggali saat ini memiliki kasus positif covid-19. memang ngga banyak, cuma 1 kasus kok dan alhamdulillah sudah mendapat perawatan di RS rujukan untuk kasus covid-19. tapi jumlah ODP (orang dalam pengawasan) dan PDP (pasien dalam pemantauan) cukup tersebar di beberapa wilayah di kota/kabupaten yang saya tinggali. apakah mereka tetangga saya? atau orang-orang yang saya kenal? nggak tahu. nggak cuma itu, yang saya tahu coronavirus covid-19 ini juga menyerang organ pernafasan (paru-paru) dan ini cukup bikin saya khawatir mengingat saya punya riwayat masalah dengan paru-paru. selain itu yang bikin saya khawatir adalah buruknya etika batuk/bersin/sakit orang-orang sekitar saya. kenapa begitu? banyak orang belum paham betul bagaimana etika batuk/bersin yang benar ketika di tempar umum. ketika mereka batuk/bersin sembarangan, tanpa sadar mereka sudah menyebarkan virus itu sendiri. memang sih bukan covid-19 juga, mungkin virus influenza biasa namun sama saja, 'kan?
kekhawatiran dan ke-paranoid-an saya bertambah ketika saya banyak mencari tahu dan (terlalu) mengikuti perkembangan kasus covid-19 ini. saya memang banyak mencari tahu berbagai tentang virus ini dan melihat perkembangan kasus ini di berbagai belahan dunia. namun terkadang semakin saya tahu, saya semakin overwhelmed dan ga jarang bikin stres dan ketakutan berlebih juga. batuk sedikit langsung kepikiran corona, demam sedikit langsung kepikiran corona. akhirnya sejak minggu kemarin saya sadarin kalau saya terlalu banyak menerima informasi dan ga jarang informasi yang saya dapatkan itu dari situs-situs berita online yang lihai memainkan kata dan kalimat agar jadi trigger sendiri bagi pembacanya. dan saya juga memutuskan untuk berhenti sejenak dari informasi-informasi yang berlebihan mengenai kasus ini. ada yang merasakan hal yang sama dengan saya?


mengkonsumsi berita itu penting, namun menyaring dan membatasi informasi secukupnya dan sewajarnya adalah bagian terpenting dari proses mendapatkan informasi. kita sebagai manusia juga ternyata harus cerdas untuk mengolah informasi dan harus tahu bagaimana caranya membatasi informasi supaya nggak ngalamin yang namanya overwhelmed. 


covid-19 yang baru muncul ini ternyata masih satu rumpun dengan penyakit SARS dan MERS. ketiga penyakit tersebut disebabkan oleh virus yang sama, yakni coronavirus yang biasanya berasal tertular dari hewan ke manusia. coronavirus ini sendiri adalah virus yang menyerang saluran pernapasan dan biasanya akan menimbulkan gejala masalah pernapasan yang mirip dengan pneunomia. yang membedakan ketiga jenis penyakit ini adalah masa inkubasi virusnya yang berbeda-beda, dan untuk kasus yang sedang kita hadapi (covid-19) memiliki masa inkubasi 14 hari. masa inkubasi sendiri adalah jangka waktu virus ketika masuk ke dalam tubuh manusia dan mulai berkembang biak di dalam tubuh. manusia dengan kekebalan tubuh yang baik, virus ini nggak akan bisa berkembang dan akan mati dengan sendirinya. namun tentu saja si manusia ini masih bisa menularkannya pada orang lain di sekitarnya. itulah kenapa kita harus mengkarantina diri sendiri di dalam rumah saat ini setidaknya selama 14 hari dan tentunya tetap menjaga daya tahan tubuh. orang yang dicurigai positif covid-19 ini memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa, namun nggak ada salahnya kan bila kita tetap waspada? gejala-gejala yang umum adalah demam tinggi sudah berhari-hari, batuk kering atau tidak berdahak,  pilek, badan mudah lelah dan lemas, nyeri pada dada, dan sesak nafas. 


nah hal-hal apa aja sih yang bisa kita lakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran covid-19 ini? tentunya ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar nggak terinfeksi sekaligus mencegah penyebaran virus.


1) Menjaga Daya Tahan Tubuh (Kekebalan/Imunitas)
menurut saya hal yang paling penting untuk memerangi penyakit adalah menjaga daya tahan tubuh atau memperkuat imunitas tubuh kita. kenapa? saya yakin dengan daya tahan tubuh yang bagus, penyakit pun males mampir. dan apalagi virus yang pada prinsipnya bisa mati sendiri ketika tidak bisa berkembang biak dalam tubuh. mengatur pola makan dan asupan gizi yang baik untuk tubuh adalah salah satu cara paling mudah untuk meningkatkan imunitas tubuh, dan jangan lupa untuk berolahraga secara teratur serta istirahat yang cukup

2) Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan
menurut saya sejujurnya hal ini benar-benar masih menjadi pekerjaan rumah alias PR untuk orang-orang di berbagai negara. budaya hidup bersih dan sehat nggak jarang masih dianggap remeh oleh sebagian besar orang. padahal selain kekebalan tubuh, kunci lain dari hidup sehat adalah kebersihan diri dan lingkungan, lho. sesederhana rajin mencuci tangan menggunakan sabun selama 20 detik setiap kali habis beraktifitas yang banyak berhubungan dengan memegang benda-benda dan sebelum makan atau memegang wajah. permasalahan lain yang remeh tapi perlu di perhatikan adalah cara mencuci tangan yang baik selama 20 detik. hal ini yang perlu banyak kita edukasi ke orang-orang dan masyarakat, apalagi hal ini termasuk personal hygine, ya. penting banget.

3) Hindari Keramaian (Social Distancing/Physical Distancing)
kenapa kita perlu untuk sementara waktu menghindari keramaian dan kontak fisik? karena covid-19 ini menyebarnya sangat mudah sekali dan cepat. iya, CEPAT. ketika kita keluar rumah dan bertemu berbagai orang kemudian sempat berkontak fisik, maka virus akan menyebar semakin mudah dan semakin cepat. lalu, kita pun nggak tahu persis penyakit atau virus apaan yang nggak sengaja mereka (orang-orang yang kita temui) bawa dari rumahnya atau dari tempat lain. oleh karenanya di masa wabah covid-19 ini, disarankan dan dianjurkan untuk kita menghindari keramaian dan kontak fisik langsung dengan orang lain, dan juga menghindari kegiatan-kegiatan yang sekiranya akan ada tumpukan massa. contohnya hindari keramaian di pasar atau super market. selain itu pemerintah sudah menganjurkan untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah saja demi menghindari kemungkinan terjangkitnya virus covid-19 ini. 

4) Selalu Berpikir Positif dan Bahagia
mungkin kamu bertanya-tanya kenapa sih berpikir positif dan menciptakan rasa bahagia perlu kita lakukan? kembali lagi pada poin ke-1, ya. berpikir positif dapat menjaga kita dari gangguan-gangguan psikologis yang kerap muncul di tengah-tengah pandemi ini. entah stres atau overthinking. kalau sudah stres/overthinking tanpa kita sadari daya tahan tubuh kita melemah, lho, karena otak terlalu bekerja keras untuk fokus ke permasalahan yang sebenarnya bisa kita selesaikan sendiri dengan cara melatih pola pikir agar berpikiran positif. selain itu menciptakan rasa bahagia pun terbukti dapat menambah daya tahan tubuh. bila kita bahagia, otak akan memproduksi hormon apa gitu ya saya lupa tapi yang pasti hormon itu bakal menjadi stimulus untuk menambah daya tahan tubuh. 



sudah mencari informasi tentang covid-19 dan masih menganggap sebelah mata? hehe. jangan. kita sebagai manusia nggak boleh terlalu jumawa atau sombong—pede banget keluar rumah untuk nongkrong-nongkrong. walaupun belum terdapat kasus di kota-kota kamu, lebih baik memang mulai membiasakan diri dengan menjaga kebersihan dan kesehatan serta menerapkan social distancing/physical distancing dan gerakan #dirumahaja. kenapa? kamu nggak tahu kan kamu memiliki virus itu atau nggak, kamu juga nggak tahu pasti bagaimana kondisi tubuh kamu. jadi, bijaknya ya memang #dirumahaja.


nggak banyak yang bisa kita lakukan selain menjaga diri dan keluarga masing-masing dari segala penyakit, menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh serta menerapkan perilaku sesuai himbauan pemerintah. hal yang bikin sedih dari pandemi ini selain kehilangan sejumlah nyawa adalah terpuruknya perekonomian di Indonesia. belum berlakunya lockdown saja sudah terpuruk, apalagi jika suatu saat lockdown berlaku? entah berapa kerugian yang di tanggung setiap orang selama masa pandemi ini. terutama para buruh atau pekerja harian yang bila hari itu mereka nggak bekerja ya nggak dapat uang/penghasilan dan esok hari entah makan apa.


kita sebagai manusia, sebagai warga negara indonesia, sudah sepatutnya menaati peraturan-peraturan yang ada terlebih ketika terjadinya pandemi ini. pandemi covid-19 ini pun secara nggak langsung memaksa kita untuk hidup lebih sehat dan lebih bersih. 
semoga wabah covid-19 ini lekas berlalu, kita—masyarakat—bisa lekas pulih dari berbagai kesedihan yang dialami semasa wabah. terlebih sudah kurang dari satu bulan lagi mendekati bulan Ramadhan. saya cuma berharap ketika Ramadhan tiba, wabah covid-19 ini segera menghilang dan kehidupan kembali seperti biasanya. ada amin? aamiin ya rabbal'alaamiin...













( nrlhdyn — 27/03/2020 09.30 PM )
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
sudah sepekan pemerintah menghimbau masyarakat untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. di berbagai linimasa pun tagar #dirumahaja menjadi banyak digunakan untuk mendukung program tersebut. seperti yang kita tahu, sudah 2 pekan lebih ketika virus corona atau covid-19 ini di umumkan secara resmi ke publik oleh presiden joko widodo. secara langsung, pemerintah pusat menghimbau kepada pemerintah daerah untuk ikut bergerak menerapkan bekerja, belajar, dan beribadah di rumah demi mencegah penyebaran virus yang terlalu masif di masyarakat. area sekolah, area perkantoran, dan tempat hiburan mendadak hampir sepi bak tak berpenghuni. sekolah-sekolah dan berbagai kampus memutuskan untuk merumahkan pada siswanya untuk belajar dari rumah secara daring atau online, kantor-kantor yang memungkinkan untuk bekerja dirumah atau work from home (WFH) melakukan aktifitas serupa; merumahkan pada pekerja untuk bekerja dari rumah, dan berbagai tempat ibadah pun cukup sepi mengingat himbauan untuk beribadah di rumah terlebih pada tempat-tempat atau lokasi yang telah memiliki kasus positif.





tapi, saya disini bukan untuk berbicara seputar virus yang sedang mewabah saat ini, bukan juga untuk berbicara mengenai tata cara pencegahan penularan virus. saya disini ingin berbicara mengenai sisi lain dari diterapkannya sistem work from home atau berbagai sistem berkaitan dengan dirumahkannya sementara siswa, mahasiswa, dan pekerja.


ketika pemerintah menghimbau untuk melakukan segala aktifitas di rumah, otomatis kita dilarang untuk berkegiatan di luar rumah (bila bukan untuk hal mendesak, seperti membeli bahan pangan dan lain-lain). otomatis, hampir semua masyarakat berada di dalam rumah. ya, rumah. 
beberapa dari kita merasa bahagia ketika diminta untuk bekerja dari rumah atau belajar dengan sistem online dari rumah sehingga kita tak perlu repot untuk pergi ke sana kemari dan melakukan berbagai persiapan untuk pergi ke luar. pernah sempat terpikirkah oleh kamu bahwa ada di luar sana orang-orang yang enggan berdiam diri di rumah bukan karena bosan, melainkan karena mereka menganggap bahwa rumah yang mereka tinggali bukanlah ‘rumah’ yang mereka harapkan? mereka yang merasa tidak nyaman dengan keadaan rumah mereka karena satu dan lain hal, entah karena keluarga yang kurang harmonis atau justru banyak hal yang membuat mereka bersedih atau bahkan menangis ketika terlalu lama berdiam diri dalam rumah? pernahkah kamu bayangkan betapa inginnya mereka keluar dari rumah dan mencari tempat lain untuk berdiam diri menenangkan dirinya? membuat nyaman dirinya sendiri? 


semalam saya membaca beberapa tweets di twitter tentang hal ini, seorang influencer bertanya bagaimana rasanya berdiam diri di rumah (melakukan self-quarantine atau work from home atau belajar online) ketika rumah tidak lagi memberikan rasa tentram, rasa nyaman, dan aman. banyak sekali diantara pengikutnya atau followers-nya berkomentar; berbagai komentar yang tentu membuat hati saya cukup sedih. banyak dari mereka mengalami hal-hal yang serupa dengan saya. banyak dari mereka mengalami pengalaman lebih pahit dan menyakitkan dalam rumahnya. 







bagaimana membacanya? itu adalah sedikit tweets yang saya baca yang sebenarnya masih lebih banyak dari itu. rasanya terenyuh dan ikutan sakit. have you ever imagine that? mempunyai keluarga dalam rumah namun sama sekali tak memberikan kenyamanan di hati justru hanya menggoreskan luka-luka baru dan mengorek luka lama? please, don't judge me. 


selama ini, saya pikir saya adalah satu-satunya orang sial yang memiliki nasib kurang beruntung tentang hal ini. tapi nyatanya, dunia di luar sana begitu luas dan yang saya butuhkan adalah melebarkan pandangan untuk melihat lebih dari yang biasanya. don't you think i am happy for their pain, no. justru saya merasa bersyukur bahwa di luar sana masih banyak pejuang yang berjuang mati-matian untuk bisa hidup nyaman dan tenang, banyak pejuang yang perjuangannya lebih menyakitkan daripada yang saya alami. dan seketika saya merasa malu untuk mengeluh. ya, saya sering mengeluh, sering menangis diam-diam, dan sering mengkhayal jikalau luka-luka ini tak pernah ada saya mungkin menjadi orang paling bahagia di dunia. tapi.. saya tahu, luka-luka ini mengajarkan banyak hal, sebagai pengingat bagaimana perjalanan hidup saya sejauh ini.


ah.. sudahlah. saya malu. malam ini saya kembali menangis. ingin berteriak tapi tak bisa. ingin banyak bercerita tapi tak akan ada satu orang yang benar-benar mengerti luka yang saya punya. saya selalu berakhir dengan air mata di mana-mana dan berbagai perasaan diabaikan, ditolak, dan dikhianati berkali-kali. dan ditinggalkan sendirian.


bagi sebagian orang, arti rumah bukan terletak pada suatu tempat melainkan terletak pada seseorang.
dan bagi sebagian lain, ‘rumah’ sebenarnya ketika mereka berada di luar rumah itu sendiri.


jadi, apa makna ‘rumah’ bagi kamu?













( nrlhdyn — 23/03/2020 08.54PM )
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

About me

seorang perempuan yang memiliki kepala yang ramai, telinga yang bising, dan hati yang penuh tanda tanya.

Social Media

  • tumblr
  • facebook
  • twitter
  • instagram

Blog Archive

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates