Our Months and Now

by - Agustus 16, 2013

Bulan Lalu...

Saya dan pria itu masih duduk dibangku yang sama sambil sama-sama merasakan dinginnya hujan malam itu ditemani obrolan hangat. Hidungku masih bisa dengan cepat menangkap aroma tubuhnya yang khas. Pria bermata kecil dan bening tsb menatapku teduh. Sesekali memamerkan senyum manisnya.


Dua Bulan Lalu...
Rasanya setan sedang menaunginya bulan itu. Pria itu tidak terlihat dipandangan. Sama sekali tidak terlihat. Jauh saya berharap, ia tahu akan sesuatu tentang bulan itu yang semuanya tentangku.


Tiga Bulan Lalu...
Rasanya seperti mimpi. Senyumnya amat memabukan dan matanya yang kecil lagi bening menatapku hangat. Sesekali hidungku dapat mencium aroma tubuhnya yang khas. 



Tujuh Bulan Lalu...
Kami bertemu. Saya menyapanya dengan canggung. Ia hanya memamerkan senyum manisnya seraya berkata, "Apa kabar? Rasanya kangen ngobrol denganmu lagi." 


Beberapa Bulan Lamanya...
Mungkin pada bulan itu terakhir sosok pria bermata kecil itu menghubungiku. Rasanya ajaib. Saya selalu tidak dapat menghentikan mulut saya meracau berbicara banyak hal dalam hidup saya dan hal-hal disekitar kami. 


Dua Bulan Sebelumnya,
Saya masih menangis tersedu-sedu mengingat hal pahit, lebih tepatnya kenyataan pahit; mengetahui sosok yang kau sayangi dan kau banggakan memilih orang lain dibandingkan dirimu yang telah lama menunggu. 




Kini rasanya masih seperti dulu. Masih luka yang sama. Sakitnya pun masih yang sama. Hanya saja kini aku telah terbiasa akan sakitnya. 

Hey, Pria bermata kecil nan bening!
Aku merindukanmu. 
Pergilah kau sejenak bersama gadis lain. Namun aku akan disini tetap merindu.
Merindu sendirian.
Terbanglah semaumu. Maka aku akan menunggu Tuhan membawamu pulang kembali; disini bersamaku.



You May Also Like

0 komentar