Dear Nona

by - Oktober 28, 2015

Dear You..

Hai. Tulisan ini kutulis untukmu, Nona Yang-Tidak-Ingin-Kusebutkan-Namanya. Apa kabar, Nona? Kuharap kau dalam keadaan sehat.

Kurasa aku tidak perlu memperkenalkan diriku padamu, aku yakin kau telah mengetahuiku lewat dirinya. Mungkin sudah beberapa kali langkahmu terhenti olehku. Aku minta maaf.
Sebelumnya aku minta maaf jika dalam tulisan ini ada kata-kata yang menyinggung perasaanmu, terlebih menyakitimu. Sungguh tidak bermaksud seperti itu. Kau tahu pasti mungkin apa yang akan aku katakan dalam tulisan ini. Jadi.. Selamat datang di duniaku.

Aku adalah seorang wanita yang biasa saja, rambutku hitam kemerahan dengan gaya yang standar, kulitku kuning langsat yang tidak begitu menarik, bola mataku besar dengan bibir tebal. Sehari-hari aku memakai kerudung sebagai tanda ketaatanku pada Tuhan-ku, juga menutu aurat-aurat yang dilarang untuk dipertontonkan pada orang lain. Badanku kurus dengan berat sekitar 44-45 kg saja dengan tinggi lebih dari 160 cm. Bisa kau bayangkan betapa kurusnya aku dan tidak menarik?
Aku hanya gadis rumahan; lebih senang berada dirumah dibanding berkeliaran diluar rumah. Aku suka menghitung dan menulis. Aku membaca banyak buku menarik walau agak mainstream dan terkesan membosankan. Tak apa.

Aku pernah terluka, dilukai oleh seorang pria. Pria yang sangat aku cintai dan banggakan. Pria yang sangat aku percaya dan dapat aku andalkan. Namun itu dahulu.
Pria itu memiliki cintanya sendiri, dan itu bukan aku. Namun ia tak ingin melepaskanku, ia tetap menghubungiku setiap hari seakan tak pernah terjadi apapun, seakan aku tak pernah terluka karenanya. Hingga akhirnya aku dengan polosnya memutuskan untuk menunggunya, walaupun ia tak pernah menjanjikan apapun padaku. Karena hanya dengannya aku merasa nyaman. Karena aku mengira suatu saat ia akan mencintaiku seperti aku mencintainya.


Hingga akhirnya telah ratusan hari kulewati dengan susah payah sedih dan bahagia untuk menunggunya. Lelah? Tidak, aku tak lelah, aku sanggup menunggunya selama apapun yang ia inginkan. Sampai pada suatu waktu aku menyadari, bahwa pria itu tidak akan pernah mencintaiku seperti aku mencintainya, bahwa pria itu takan pernah kembali lagi padaku seperti dahulu seperti pengharapanku selama ini. Ia tidak pernah berkata bahwa ia tak mencintaiku dan tidak ingin kembali padaku, namun ia menunjukannya di depan mataku. Ia mengucapkannya secara tersirat. Pada saat itu juga aku memutuskan untuk tidak lagi menghubunginya, dadaku selalu sesak mengingatnya, hatiku hancur berkeping-keping. Beberapa malam setelahnya kulewati dengan tangisan dalam diam yang selalu kusembunyikan dibalik selimut. Aku terlalu takut menerima kenyataan bahwa dengan santainya ia mencabik-cabik perasaanku yang tulus padanya. Pada saat itu juga aku memutuskan untuk berhenti menunggunya, berharap padanya, dan memutuskan untuk tidak ingin mendengar apapun lagi tentangnya. Kututup rapat-rapat mata, mulut, dan telingaku dari segala tentangnya. Aku anggap aku tak pernah mengenalnya. Saat itu, aku merasa sia-sia.

Namun Tuhan Maha Baik, Ia memberiku pria yang lebih lebih dari pria terdahulu yang menyia-nyiakanku. Pria yang sempurna untukku, dan hingga detik ini tak pernah satu haripun aku tak jatuh cinta padanya berkali-kali. Pria yang mampu memberikanku kenyamanan lebih dari yang kuharapkan. Alhamdulillah..

Kini aku lebih baik tanpa sosok pria dahulu itu. Hidupku masih baik-baik saja tanpanya. Sudah hampir dua tahun kami tak saling berkomunikasi satu sama lain. Hatiku jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Maaf aku terlalu bertele-tele. Aku harap kau dapat mengambil pelajaran dari kisah masa laluku; untuk berhenti mengaharapkan dan menunggu seseorang yang tidak akan mungkin lagi kembali padamu, yang tidak akan mungkin lagi bersamamu--tidak lagi mencintaimu--seperti yang kau harapkan darinya.


Mengertilah..
Pria yang mungkin masih kau harapkan telah menjadi milik wanita lain, yang begitu mencintainya dengan setulus hati; begitu juga sebaliknya.
Pria yang mungkin masih kau harapkan telah memiliki hidup dan dunia baru tanpamu, dan ia tidak ingin kau kembali dalam hidupnya; sama seperti aku yang tidak ingin masa laluku kembali mengusik kehidupanku sekarang.
Pria yang mungkin masih kau harapkan telah memiliki tambatan hatinya dan itu bukan dirimu.
Pria yang mungkin masih kau harapkan telah memiliki kehidupan yang lebih baik dan bahagia tanpamu.


Mengertilah..
Akan ada hati yang terluka dan terbakar cemburu oleh tingkahmu.
Akan ada hati yang merasa tidak tenang sejak kehadiranmu.
Akan ada hati yang benar-benar hancur, yang mungkin secara sadar/tidak sadar kau hancurkan.


Mengertilah..
Hal ini bukan hanya perasaanmu semata, namun perasaan wanita lain terpaut didalamnya.

Jadi, untuk apa kau masih mengharapkan pria yang tidak memberimu apa-apa selain kau yang memanjakan anganmu? Aku tidak ingin masa laluku terulang padamu, masa itu sangat tidak menyenangkan, hanya membuang waktu.
Jadi, untuk apa kau masih menunggu dan berharap yang tak pasti dari seorang pria yang pernah kau tinggalkan?



Dan.. Bagaimana kalau pria yang masih kau angankan adalah priaku? Pria yang telah memiliki hidup dan segalanya bersamaku?
Dan.. Bagaimana kalau hal ini terjadi padamu? Apa kau akan diam saja? Apa kau akan menunggu dan membiarkan pria yang telah kau cintai dan memiliki segalanya bersama diambil oleh seseorang dari masa lalunya?
Pikirkan ini, Nona. Aku tidak akan menyakitimu. Namun, jika kau bersihkeras untuk tetap menghubunginya, maafkan aku, aku tidak bisa diam saja.


Sekali lagi aku minta maaf apabila perkataanku terlalu kasar. Aku hanya ingin kau mengerti dan pahami, ada perasaan wanita lain yang kau sakiti. Lagipula, sungguh tidak baik kau berbahagia berkat hasil mencuri kebahagiaan orang lain.
Carilah kebahagiaan yang hakiki buatmu juga Agamamu. Carilah cinta yang mampu menuntunmu menjadi umat yang lebih beragama dengan Tuhan-mu. Carilah cinta yang tidak egois.




Best Regards,



nrlhdyn

You May Also Like

0 komentar