Jurnal #16 — Saya Si Pemilih

by - Maret 25, 2019

pemilih, adalah kata yang tepat untuk saya ketika petang itu saya dan kekasih berbincang-bincang sembari menunggu hujan reda. awalnya kami hanya berbincang perihal jodoh dan keyakinan untuk menikah hingga akhirnya tema obrolan melebar ke berbagai hal kehidupan. tapi yang ingin saya ceritakan di sini adalah bagaimana saya yang ternyata seorang pemilih.





sebenarnya, saya tidak pernah mengkotak-kotakan sesuatu; kotak ini berisi kumpulan orang-orang yang sebatas rekan kerja, kotak itu berisi kumpulan kenalan-kenalan semasa SMP dan SMA, kotak yang lainnya berisi kumpulan orang-orang yang saya ijinkan masuk ke ranah pribadi saya, dan kotak-kotak lainnya. namun, mungkin secara tidak sadar saya telah melakukannya, secara tidak sadar banyak bagian-bagian dalam social life saya yang sengaja saya pisahkan. hehe. sumpah, saya tak sadar telah melakukan itu semua pada kalian.
berdasarkan fakta tersebut, saya jadi tahu bahwa ternyata diri saya ini adalah seorang pemilih ulung. dan memang benar, saya pemilih dalam menyeleksi orang-orang yang bisa memasuki kehidupan saya secara pribadi. oleh karenanya, saya memiliki sedikit teman yang bisa memasuki kehidupan pribadi saya. saya memilih dengan siapa saja saya ingin berinteraksi, dengan siapa saja saya ingin bercerita berkeluh kesah dan bercanda, dengan siapa saja saya berani menjadi diri saya seutuhnya tanpa sehelai topeng melekat pada wajah. saya juga memilih pergaulan seperti apa yang ingin saya masuki, hal-hal apa saja yang ingin saya dalami.



namun tak selamanya menjadi seorang pemilih adalah hal baik dan banyak mendapat keuntungan. saya pribadi terkadang menyesal menjadi seorang pemilih tanpa tahu penyebabnya apa, padahal saya merasa cukup bisa beradaptasi di lingkungan dan dengan orang-orang, saya cukup mampu menyambut ramah setiap orang yang ada di lingkungan di mana saya berada (terlepas dari rasa judes/jutek saya ini, ya) dan lain sebagainya.
dan entah ini termasuk hal baik atau bukan, menjadi picky alias pemilih cukup mampu menyelamatkan saya dari potensi pemicu kegelisahan hati. hahaha. maksudnya adalah karena saya pemilih, sifat ini ikut andil dalam memilih laki-laki yang bakal jadi calon pasangan saya. percaya atau tidak, selama masa SMA saya yang nggak cantik-cantik banget ini pernah didekati beberapa teman laki-laki dan intuisi saya berkata bahwa mereka ingin mendekati saya dan berujung menjadikan saya pacar. hahaha. terdengar sangat percaya diri bukan? tapi saya percaya intuisi saya. dan for your information, saya nggak membiarkan laki-laki yang mencoba mendekati saya lebih jauh lagi bila saya nggak benar-benar tertarik. dan sialnya adalah, saya nggak pernah benar-benar tertarik pada mereka. saya akan perlahan menjauh, secara halus memaksa mereka untuk berhenti mendekati saya lebih jauh lagi. sekali nggak, ya tetap nggak! :)) oleh karenanya kekasih saya yang sekarang ini pernah berkata bahwa saya memilih dia untuk berusaha mendekati saya sebelum kami resmi menjalin hubungan, istilahnya saya memberikan kesempatan padanya untuk mendekati saya. kalau saya nggak kasih kesempatan, tandanya saya nggak tertarik. saya nggak mau membuang waktu untuk hal-hal yang menarik bagi saya. hehe



tak hanya dalam social life, saya termasuk pemilih terhadap segala hal; saya pemilih terhadap makanan, pemilih terhadap orang-orang,dll. intinya yaa saya pemilih banget gitu. 



jadi, apakah kamu yang saya pilih menjadi teman berbagi cerita saya di blog ini? :))




hehehe.







(nrlhdyn — 25/03/2019 09:31PM)

You May Also Like

0 komentar