74 Tahun Merdeka — Dijajah Bangsa Sendiri

by - Agustus 21, 2019

bulan agustus tahun 2019 adalah bulan agustus ke-74 kemerdekaan indonesia. dimana-mana hampir di setiap kampung/instansi/kantor pasti mengadakan acara yang disebut “tujuhbelasan”. biasanya akan ada berbagai perlombaan, dari mulai lomba makan kerupuk, balon dangdut, tarik tambang, hingga panjat pinang. hehe. pokoknya indonesia banget. acara “tujuhbelasan” ini disimbolkan sebagai acara pemersatu bangsa indonesia, sekaligus belajar bahwa segala sesuatu butuh perjuangan dalam prosesnya dan mungkin nggak mudah. butuh fokus dan konsistensi untuk meraih segala sesuatunya. mungkin kira-kira begitu sih makna acara “tujuhbelasan” tersebut. bulan agustus setiap tahun selalu dirayakan meriah dan suka cita oleh rakyat indonesia. mereka akan meneriakan “MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA!” dengan lantang dan penuh semangat. 





merdeka.


banyak yang meneriakan kata tersebut tanpa benar-benar meresapi arti dan maknanya. merdeka, ya, kawan? kadang saya sangat bahagia dan bangga ketika lagu kebangsaan dikumandangkan mengiringi prosesi penaikan bendera. rasanya khidmat. rasanya lagu kebangsaan indonesia benar-benar sebuah doa untuk bangsa indonesia. coba sesekali dengarkan lagu kebangsaan indonesia versi lengkap (3 stansa). sang pencipta lagunya benar-benar memiliki pengharapan besar pada negaranya di masa mendatang. tapi, coba kita sesekali renungkan, apakah bangsa indonesia kini sudah berhasil menjadi apa yang di inginkan oleh sang pencipta lagu kebangsaan tersebut? apakah semua rakyat indonesia kini memiliki hidup yang layak dan sejahtera? no.


medeka.


merdeka bisa diartikan apa saja. merdeka artinya terbebas dan perasaan lega setelahnya. para pendahulu bangsa memperjuangkan kemerdekaan, mereka memberontak melawan para penjajah yang berlaku tidak adil dan semena-mena. mereka ingin memiliki kebebasan bernegara, kebebasan untuk tak lagi terbelenggu dalam bayang-bayang kekerasan penjajah. 


itu dulu.


di hari jadinya yang ke-74, menurut saya indonesia masih belum benar-benar merdeka. banyak yang meneriakan “merdeka” tapi sesungguhnya mereka masih terbelenggu ketidakadilan di negeri ini. hanya saja yang berperan sebagai penjajah bukan lagi orang eropa atau portugis pun orang jepang, melainkan adalah orang indonesia. menurut saya, kita masih dijajah oleh bangsa sendiri dengan ketidakadilan. saya nggak mau bilang bahwa pemerintahan sekarang gagal atau malah makin menyengsarakan rakyat (bukan itu juga intinya), tapi ketika berurusan dengan keadilan dengan rakyat jelata terkadang para pemimpin belum layak disebut pemimpin dalam artian yang sebenarnya.


kita kini masih hidup dimana harta dan tahta adalah tolak ukur kesuksesan seseorang. pejabat/petinggi berlomba-lomba menaiki tahta dan mengunduh harta dengan segala cara; hanya untuk menunjukkan betapa sukses dan sejahteranya hidup mereka, tak peduli harus menginjak rakyat jelata.
saya, masih belum merdeka dari hak-hak saya yang sering terampas. saya, masih belum merdeka dari suara-suara yang terpaksa saya tahan ketika ketidakadilan merajalela di sekitar saya. saya, masih belum merdeka dari budaya patriarki yang mengesampingkan perempuan, yang masih menganggap perempuan sebagai sebuah objek dan rendah di masyarakat, yang menganggap bahwa perempuan adalah makhluk lemah tak berdaya. saya, masih belum merdeka dari para pendusta yang mengumbar janji di atas mimbar. saya, masih belum merdeka untuk mendapatkan hal yang saya pantas dapatkan dari hasil kerja keringat sendiri. 


saya, kamu, juga mereka, masih harus bungkam atas ketidakadilan dari para pencari harta dan tahta.
saya, kamu, juga mereka, masih harus bungkam atas setiap kekerasan yang dilakukan para pencari nafsu dunia.
saya, kamu, juga mereka, masih harus bungkam untuk menjaga keselamatan diri dan keluarga dari para penjahat berseragam.


74 tahun indonesia merdeka, semoga tak lagi dijajah bangsa sendiri. :)

You May Also Like

0 komentar