Jurnal #23 — hari-obat-tanpa-obat pertama (bersyukur)

by - September 26, 2019

hai. 


sudah lima belas hari yang lalu tepat ketika dokter syifa imelda menyatakan bahwa saya sudah sembuh dan bisa terbebas dari ritual minum obat ala saya yang sangat merepotkan. apakah saya bahagia? tentu. namun bukan perasaan bahagia dengan euforia huru hara, lebih pada perasaan bahagia yang sangat tenang. it's so peaceful. rasanya lega banget kayak abis buang air besar setelah berhari-hari sembelit.


(Source: Pinterest)


ketika dokter mengatakan saya sudah sembuh sudah bisa lepas dari obat, saya pun sedikit bingung. sebab sebelumnya dokter meminta saya untuk masuk ruang periksa pasien rawat jalan yang sebelumnya jarang sekali dokter memeriksa saya di ruang periksa. ia memeriksa bagian leher saya, memastikan tidak ada benjolan atau semacamnya yang ada di sana. ia juga memeriksa detak jantung saya lewat stetoskop. everything's normal, isn't? dia bertanya. saya hanya membalas dengan anggukan dan yeah nothing's happen there, it's all good, i guess. setelah selesai di ruang periksa, ia menjelaskan pada saya sedikit mengenai bercak-bercak di paru-paru saya melalui hasil rontgen, rontgen yang dilakukan seminggu yang lalu dan rontgen yang dilakukan bulan februari lalu. jujur aja saya ngga terlalu paham, saya hanya menganggukan kepala dan memasang muka pura-pura paham akan apa yang ia katakan. tak lama kemudian ia langsung menyatakan saya sembuh dan bisa bebas dari obat rutin untuk paru-paru itu. pokoknya saya bingung. kemudian asisten dokter memberikan penjelasan lebih rinci lagi. dokter hanya meresepkan vitamin untuk berjaga-jaga kondisi badan ini. ia juga bilang kalau segala obat paru-paru yang ada di rumah harus tetap dihabiskan, berikut vitamin-vitaminnya. 


hehe. 


kemarin adalah hari-obat-tanpa-obat pertama saya. lewat dua minggu setelah dokter mengatakan saya sembuh dan terbebas dari rutinitas minum obat. rabu pertama saya tanpa obat. jujur saja ketika memastikan untuk berhenti, saya agak-agak ragu. seperti ragu atau belum ikhlas kalo harus lepas dari obat. bukannya saya doyan minum obat, hanya saja ada sebagian diri saya yang belum merasa benar-benar yakin akan hilangnya penyakit yang saya derita ini.


"bener nih udah boleh lepas dari obat?"

"kalo lepas obat, ngga akan kenapa-kenapa lagi nih?"

"kalo ternyata masih sakit dadanya gmana dong?"


pertanyaan-pertanyaan semacam itu yang ada di kepala saya. entah kenapa..


rasanya agak deg-degan melewati batas waktu minum obat semalam, dalam hati bergumam, "mudah-mudahan aja ngga ada apa-apa lagi setelah bener-bener berhenti minum obat." sambil menghembuskan napas panjang, saya berusaha meyakinkan diri bahwa saya ngga akan kenapa-kenapa tanpa minum obat hari ini. sampai sekarang pun, saya masih berusaha meyakinkan diri. hehe. mungkin obat yang selama ini saya minum punya zat adiktif apa gimana ya? udahlah jelas-jelas obatnya pahit banget, minumnya juga banyak, ngapain juga saya kok merasa aneh kalo ngga minum obat? hahaha.


sementara itu, di pouch obat pribadi masih tersisa beberapa gelintir vitamin yang setiap check-up selalu diberi tapi jarang saya minum. hahaha. tapi saya ingin berjanji pada kalian yang membaca tulisan ini dan tentunya pada diri saya sendiri bahwa saya harus lebih rajin lagi minum vitamin sebagai teman masa peralihan dari minum obat ke benar-benar ngga perlu minum obat, juga sebagai teman penyokong badan ini supaya tetap berdiri.


afterall, saya bersyukur banget wish list tahun 2019 ini terwujud, Tuhan kabulkan apa yang benar-benar jadi keinginan saya di hari ulang tahun ke-24 yang sudah lewat itu. meski saya secara sadar dan memahami betul bahwa paru-paru saya ngga lagi sama. ibarat luka di kulit luar, luka itu meninggalkan bekas luka meski sudah ngga lagi terasa sakit atau nyeri, meski sudah mengering. semuanya ngga akan lagi sama.


terima kasih, paru-paruku, sudah berusaha sembuh dan bangkit dari keterpurukan dan sudah melawan sekuat tenaga selama sembilan bulan terakhir ini. terima kasih, paru-paruku, sudah mengingatkan bahwa kesehatan itu mahal, terlebih ketika kamu ngga punya asuransi kesehatan dari swasta ataupun asuransi yang telah disediakan pemerintah. terima kasih, paru-paruku, sudah bertahan sejauh ini dan bersabar dengan gaya hidup saya yang ngga sehat, pola hidup saya yang cukup berantakan. 


terima kasih, kamu, yang sejak hari pertama darah itu keluar dari mulutku bersikeras menarikku ke dokter untuk memeriksa semuanya, hingga menemani selama prosesnya dan mengingatkan sebisanya. meski ngga sempurna, waktu dan tenagamu sangat membantu saya melalui semuanya. meski saya harus selalu check-up ke dokter dan menjalani pemeriksaan laboratorium sendirian, kamu menemani meski jauh namun terasa dekat. terima kasih sudah memberikan saya kesempatan untuk tumbuh mandiri dengan sendirinya, bersama dengan apa yang ada dalam diri saya. terima kasih sudah selalu menerima saya apa adanya, meski berat badan saya melonjak hampir 10 kilogram dan mood swings saya yang ngga terprediksi. terima kasih, dukungannya.



salam sayang dari saya untuk kamu, paru-paruku, serta semua pembaca setia blog pribadi ini.


xoxo












( nrlhdyn  26/09/2019 11:27 AM)

You May Also Like

0 komentar