Berbagai Kisah Tentang Arti ‘Rumah’

by - Maret 23, 2020

sudah sepekan pemerintah menghimbau masyarakat untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. di berbagai linimasa pun tagar #dirumahaja menjadi banyak digunakan untuk mendukung program tersebut. seperti yang kita tahu, sudah 2 pekan lebih ketika virus corona atau covid-19 ini di umumkan secara resmi ke publik oleh presiden joko widodo. secara langsung, pemerintah pusat menghimbau kepada pemerintah daerah untuk ikut bergerak menerapkan bekerja, belajar, dan beribadah di rumah demi mencegah penyebaran virus yang terlalu masif di masyarakat. area sekolah, area perkantoran, dan tempat hiburan mendadak hampir sepi bak tak berpenghuni. sekolah-sekolah dan berbagai kampus memutuskan untuk merumahkan pada siswanya untuk belajar dari rumah secara daring atau online, kantor-kantor yang memungkinkan untuk bekerja dirumah atau work from home (WFH) melakukan aktifitas serupa; merumahkan pada pekerja untuk bekerja dari rumah, dan berbagai tempat ibadah pun cukup sepi mengingat himbauan untuk beribadah di rumah terlebih pada tempat-tempat atau lokasi yang telah memiliki kasus positif.




tapi, saya disini bukan untuk berbicara seputar virus yang sedang mewabah saat ini, bukan juga untuk berbicara mengenai tata cara pencegahan penularan virus. saya disini ingin berbicara mengenai sisi lain dari diterapkannya sistem work from home atau berbagai sistem berkaitan dengan dirumahkannya sementara siswa, mahasiswa, dan pekerja.


ketika pemerintah menghimbau untuk melakukan segala aktifitas di rumah, otomatis kita dilarang untuk berkegiatan di luar rumah (bila bukan untuk hal mendesak, seperti membeli bahan pangan dan lain-lain). otomatis, hampir semua masyarakat berada di dalam rumah. ya, rumah. 
beberapa dari kita merasa bahagia ketika diminta untuk bekerja dari rumah atau belajar dengan sistem online dari rumah sehingga kita tak perlu repot untuk pergi ke sana kemari dan melakukan berbagai persiapan untuk pergi ke luar. pernah sempat terpikirkah oleh kamu bahwa ada di luar sana orang-orang yang enggan berdiam diri di rumah bukan karena bosan, melainkan karena mereka menganggap bahwa rumah yang mereka tinggali bukanlah ‘rumah’ yang mereka harapkan? mereka yang merasa tidak nyaman dengan keadaan rumah mereka karena satu dan lain hal, entah karena keluarga yang kurang harmonis atau justru banyak hal yang membuat mereka bersedih atau bahkan menangis ketika terlalu lama berdiam diri dalam rumah? pernahkah kamu bayangkan betapa inginnya mereka keluar dari rumah dan mencari tempat lain untuk berdiam diri menenangkan dirinya? membuat nyaman dirinya sendiri? 


semalam saya membaca beberapa tweets di twitter tentang hal ini, seorang influencer bertanya bagaimana rasanya berdiam diri di rumah (melakukan self-quarantine atau work from home atau belajar online) ketika rumah tidak lagi memberikan rasa tentram, rasa nyaman, dan aman. banyak sekali diantara pengikutnya atau followers-nya berkomentar; berbagai komentar yang tentu membuat hati saya cukup sedih. banyak dari mereka mengalami hal-hal yang serupa dengan saya. banyak dari mereka mengalami pengalaman lebih pahit dan menyakitkan dalam rumahnya. 




bagaimana membacanya? itu adalah sedikit tweets yang saya baca yang sebenarnya masih lebih banyak dari itu. rasanya terenyuh dan ikutan sakit. have you ever imagine that? mempunyai keluarga dalam rumah namun sama sekali tak memberikan kenyamanan di hati justru hanya menggoreskan luka-luka baru dan mengorek luka lama? please, don't judge me. 


selama ini, saya pikir saya adalah satu-satunya orang sial yang memiliki nasib kurang beruntung tentang hal ini. tapi nyatanya, dunia di luar sana begitu luas dan yang saya butuhkan adalah melebarkan pandangan untuk melihat lebih dari yang biasanya. don't you think i am happy for their pain, no. justru saya merasa bersyukur bahwa di luar sana masih banyak pejuang yang berjuang mati-matian untuk bisa hidup nyaman dan tenang, banyak pejuang yang perjuangannya lebih menyakitkan daripada yang saya alami. dan seketika saya merasa malu untuk mengeluh. ya, saya sering mengeluh, sering menangis diam-diam, dan sering mengkhayal jikalau luka-luka ini tak pernah ada saya mungkin menjadi orang paling bahagia di dunia. tapi.. saya tahu, luka-luka ini mengajarkan banyak hal, sebagai pengingat bagaimana perjalanan hidup saya sejauh ini.


ah.. sudahlah. saya malu. malam ini saya kembali menangis. ingin berteriak tapi tak bisa. ingin banyak bercerita tapi tak akan ada satu orang yang benar-benar mengerti luka yang saya punya. saya selalu berakhir dengan air mata di mana-mana dan berbagai perasaan diabaikan, ditolak, dan dikhianati berkali-kali. dan ditinggalkan sendirian.


bagi sebagian orang, arti rumah bukan terletak pada suatu tempat melainkan terletak pada seseorang.
dan bagi sebagian lain, ‘rumah’ sebenarnya ketika mereka berada di luar rumah itu sendiri.


jadi, apa makna ‘rumah’ bagi kamu?













( nrlhdyn — 23/03/2020 08.54PM )

You May Also Like

0 komentar