Tentang Penerimaan

by - Juni 12, 2014

Banyak orang berkata, "Aku mencintaimu setulus hatiku." atau, "Aku cinta kamu." pada pasangan mereka. Terkadang saya bertanya dalam hati, apa mereka benar-benar tahu apa cinta itu sendiri? Apa mereka benar-benar merasakan cinta itu benar-benar tumbuh dalam hati mereka?
Saya sendiri belum benar-benar menemukan arti cinta sesungguhnya itu seperti apa. Mungkin usia saya masih terlalu muda, atau memang saya yang kurang pengalaman. Saya lebih suka mengartikan atau menyederhakan kata cinta menjadi sayang.

"Cinta itu anugerah. Cinta itu tentang kasih sayang; kamu akan peduli pada orang yang kamu sayangi apapun yang terjadi. Dan cinta itu tentang kepercayaan, pengertian, dan penerimaan. Kamu percaya padanya karena kamu tahu, cinta yang kamu punya bukan cinta yang egois dan kekanak-kanakan. Kamu mengerti dia karena kamu tahu, dia mempunyai kehidupan lainnya namun dia hanya mencintaimu. Kamu menerimanya, menerima segala kekurangan dan kelebihannya, segala hal terbaiknya hingga terburuknya. Dan untuk mencintai, kamu harus memiliki komitmen dan konsekuensi yang ada. Kuncinya? Sabar."











Lalu bagaimana dengan hubungan yang telah dijalani?

Bagi saya, pada hubungan yang telah saya jalani; saya mencintainya. Sesederhana saya mencintainya dan dia mencintai saya, buat saya sudah cukup. Bersama kami membuat komitmen walaupun kami tahu jalan di depan tidak akan semakin mudah, itu sudah menjadi konsukuensi kami. Saat itu, saat bertemu dengannya pertama kali saya hanya berucap dalam hati, "Tuhan, jika saya bisa berjalan bersamanya mengahadapi hidup kami, saya rasa saya akan mencintainya dengan cinta yang baik dan sederhana." dan Dia memang Maha Pendengar, Dia membiarkan saya berjalan bersama pasangan saya sekarang, dan setelah sekian lama saya baru menyadari bahwa Tuhan memberikan saya cinta yang baik dan sederhana untuk mencintainya sedari awal.
Saya menerima kekurangannya dan tidak menganggap hal tersebut sebagai hal yang merugikan. Karena saya tahu, dia hanya seorang manusia biasa, dan jauh sekali dari kata sempurna. Saya mencintai kelebihannya. Karena saya tahu, Tuhan Maha Adil untuk memberikan kekurangan serta kelebihan pada masing-masing umatnya.
Mengapa saya masih bertahan dengannya meskipun banyak sekali kerugian yang saya dapatkan dari kekurangannya? Sesederhana karena saya benar-benar menyayanginya. Dan menurut saya ini merupakan suatu penerimaan saya terhadapnya.

Iya, ini tentang bagaimana memahami dan menerima seseorang yang kita sayangi. Dan menyayanginya apa ada dirinya.

Lalu, bagaimana dengan suatu persahabatan?

About friendship? Still the same. Saya memang tidak memiliki persahabatan yang indah seperti kebanyakan gadis seusia saya. Saya tentu saja mempunyai beberapa teman baik. Tentu saja saya menyayanginya. Saya pun menerima segala kekurangan dan kelebihannya, serta segala hal terbaik dan terburuknya. Apa mereka pernah menyakiti saya? Tentu saja, namun sama halnya seperti menjalani suatu hubungan, tetap bertahan walaupun seseorang yang di sayangi pernah melukai hati. Mengapa bertahan? Hanya karena ada cinta di antara mereka. Saya menerapkan ini pada segala pertemanan saya dengan orang-orang terdekat
Sebutlah salah satu teman baik saya, sebut saja R. Dia adalah lelaki, seorang yang menjadi tempat saya untuk berkeluh kesah tentang hidup dan segala aspek di dalamnya. Ia dengan senang hati mau mendengarkan ocehan saya dari A sampai Z. Begitu juga perlakuan saya padanya; saya selalu menyediakan telinga untuk mendengarkan apa yang ia rasa dan pikirkan tentang hidupnya. Lalu kita bisa berbincang mengenai kehidupan akan datang, kehidupan masa lalu, dan aspek pembicaraan lainnya. Menarik.
Saya hafal kebiasaannya, kekurangannya, serta kelebihannya. Saya menerima kekurangannya sebagai bagian dari dirinya yang saya sayangi sebagai teman baik (atau kalau kamu ingin sebut dia sahabat saya, silahkan. Saya pun menganggapnya begitu). Mengapa saya masih mau berteman baik dengannya walaupun banyak sekali kekurangannya? Karena saya menghargai apa yang terlah kami lalui bersama, saya menyayangi dia seutuhnya (sebagai teman).
Kamu tahu, berapa kali saya ingatkan dia untuk memperbaiki kekurangannya; kurang taat beribadah? Sudah sering kali. Namun saya selalu mendoakannya dan berharap ia segera memperbaiki tersebut. Saya tidak memaksa, hanya mengingatkan. Sesimpel itu saya peduli padanya, karena saya menyanyanginya sebagai seorang teman baik.

Iya, ini tentang bagaimana kamu mengerti dan menerima sahabatmu, mengerti dan menerima kekurangannya.


Jika saya berbuat salah, saya harap mereka mau mengoreksi & mengingatkan kesalahan saya apa dan membantu saya memperbaiki kekurangan yang saya punya. Bukankah itu gunanya manusia sebagai makhluk Tuhan dan sosial?







Regards,

Nurul Hadiyani

You May Also Like

0 komentar