Hidup Adalah Pilihan-Pilihan
Kata orang, hidup dimulai ketika kamu merasa telah selesai dengan kewajibanmu menuntut ilmu. Kamu akan terjun ke dunia yang benar-benar baru. Terjun bebas atau terjun teratur, itu adalah pilihanmu.
— nrlhdyn
—
(Source: Pinterest) |
Saya ingat betapa dilemanya saya kala Ujian Nasional tahun 2013 berakhir. Teman-teman sekelas sudah disibukkan dengan mendaftar ke perguruan tinggi A, B, C, dst sedangkan saya masih tak tahu pasti akan kemana kaki saya melangkah. Bukankah saya pun seharusnya se-excited seperti teman-teman lain? Yeah surely, saya sangat excited untuk melangkah ke hal baru selepas masa putih abu-abu. Saya hanya tak tahu harus melangkah kemana.
Ada beribu keraguan yang menghantui benak saya, terutama masalah finansial orangtua saya yang tak stabil sebab mereka memutuskan untuk berpisah dan saya tinggal bersama Ibu. Ibu bukan pegawai, beliau hanya ibu rumah tangga biasa, tak berpenghasilan dan berusaha melangkah mencukupi kebutuhan ekonomi dengan bekerja serabutan.
Begitu pun dengan Ayah. Beliau terlalu sibuk menata kehidupan barunya pasca berpisah dengan Ibu. Beliau tak terlalu banyak memberi saran untuk saya, beliau hanya berpesan bila saya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, carilah perguruan tinggi yang bagus dan benar, beliau siap untuk bekerja lebih keras lagi untuk membiayai saya dan kakak kuliah.
Kamu tahu, apa yang membuat saya ragu? Adalah beban finansial yang Ayah tanggung sungguh tak ringan. Di pundaknya ada berbagai tanggung jawab yang harus bisa ia selesaikan dengan baik tanpa membuat banyak kekecewaan. I was thinking about the responsibility was on his shoulder. It was heavy. Meski beliau berkata bahwa saya tak perlu mengkhawatirkan finansial, namun saya tak ingin menjadi anak yang terlalu merepotkan orangtua dan menjadi anak yang kurang ngajar.
Akhirnya saya memutuskan untuk ikut daftar ke beberapa perguruan tinggi seperti ke Poltekkes dan universitas swasta di kota ini. Melengkapi beberapa persyaratan dan mengikuti serangkaian tes. Juga saya mendaftar ke beberapa universitas negeri di beberapa kota melalui ujian tes tertulis (SBMPTN 2013). Segala biaya pendaftaran saya tanggung.
Saya gagal pada ujian saringan masuk SBMPTN. Saya sempat berkecil hati. Akhirnya harapan muncul setelah saya mendapat hasil seleksi masuk Poltekkes juga salah satu universitas swasta di kota ini. Saya diterima di 2 perguruan tinggi sekaligus. Yang satu di jurusan ilmu gizi dan yang lainnya di jurusan akuntansi. Honestly, saya sangat berminat ke ilmu gizi, akhirnya siang itu saya dan beberapa teman yang diterima di Poltekkes mencari infomasi mengenai biaya kuliah. Dan sungguh ternyata itu tidaklah murah, terutama jurusan ilmu gizi. Kemudian saya mencari informasi biaya kuliah ke universitas swasta yang menerima saya, itu pun sama, biayanya tidaklah murah. Saat itu saya hampir putus asa.
Saat itu saya berpikir untuk tak ingin berlama-lama kuliah sebab hal tersebut akan semakin menambah jangka waktu beban Ayah untuk membiayai kuliah saya. Akhirnya seorang teman menawarkan saya kuliah di Kota Kembang dengan lama studi 4 semester saja dan insha Allah lapangan kerja masih luas untuk bidang studi yang bakal saya ambil. Tanpa berpikir panjang saya langsung meminta persetujuan Ayah dan Ibu. Dan melalui serangkaian tes, saya akhirnya diterima. Dan di sana lah saya menuntut ilmu eksak yang paling saya suka; fisika. :))
—
And now I'm about to thinking... Where am I if I chose to be nutrisionist? Where am I if I chose to be an accountant? Where am I if I decided to be just worker without knowing how to be in collage?
Saya tak tahu bagaimana jadinya saya bila saya memilih kuliah jurusan gizi atau jurusan akuntansi? Apakah saya akan bekerja di rumah sakit dan menyiapkan menu makanan untuk pasien? Apakah saya akan bekerja di sebuah bank entah sebagai teller atau back office-nya? Apakah saya akan bekerja di perusahaan lain yang menggerakan roda perekonomian suatu kota? Entahlah kemana kaki saya melangkah bila salah satu hal tersebut yang saya pelajari di bangku kuliah.
Dan terkadang saya ingin tahu bagaimana diri saya bila saya memilih salah satu jalan tersebut? Bagaimana jadinya bila saya tak memilih kuliah singkat dengan studi fisika? Saya penasaran akan seperti apa diri saya bila tak berurusan dengan ilmu fisika dan ilmu serumpun lainnya.
Hehe. Ya, sepenasaran itulah saya. :))
—
Mungkin beberapa pilihan yang telah saya ambil tak membawa saya menjadi seorang ahli gizi atau seorang akuntan. Tapi, pilihan-pilihan yang saya pilih sudah membawa kaki saya sejauh ini, membawa berbagai perasaan yang berbeda dalam hidup saya. Dan jujur saja, saya tak pernah merasa menyesal. Malah, saya bersyukur atas perasaan-perasaan baru yang bermunculan setelah saya memutuskan mengambil pilihan tersebut.
Dan untuk beberapa alasan lainnya, saya bersyukur Tuhan menempatkan saya di tempat pun bersama orang-orang yang tepat. Tak ada yang pantas saya ungkapkan selain rasa syukur Tuhan menempatkan saya pada pilihan baik yang saya pilih sendiri saat itu. Mungkin saya tak berpenghasilan berjuta-juta seperti teman-teman saya kebanyakan, tapi saya merasa cukup untuk berada di tempat saya pijaki saat ini bersama keluarga dan kekasih serta lengkap dengan cobaan/ujian yang silih berganti.
Sebab pada dasarnya hidup adalah rute yang kita lalui setelah memilih sebuah pilihan. Hidup menuntutmu untuk memilih satu diantara beberapa pilihan. Hidup berjalan karena pilihan-pilihan yang kamu ambil. Setiap harinya manusia mengalami berbagai hal yang menuntutnya untuk mengambil suatu pilihan.Pilihan hari ini makan apa, hari ini pakai baju apa, dsb. Sebab itulah Tuhan menciptakanmu, menempatkanmu di bumi sebagai makhluk ciptaanNya yang paling sempurna.
Jadi, menjadi manusia baik atau menjadi manusia (belum) baik?
Sebab pada dasarnya hidup adalah rute yang kita lalui setelah memilih sebuah pilihan. Hidup menuntutmu untuk memilih satu diantara beberapa pilihan. Hidup berjalan karena pilihan-pilihan yang kamu ambil. Setiap harinya manusia mengalami berbagai hal yang menuntutnya untuk mengambil suatu pilihan.Pilihan hari ini makan apa, hari ini pakai baju apa, dsb. Sebab itulah Tuhan menciptakanmu, menempatkanmu di bumi sebagai makhluk ciptaanNya yang paling sempurna.
Jadi, menjadi manusia baik atau menjadi manusia (belum) baik?
—
(nrlhdyn — 26/02/2018)
0 komentar