Jurnal #6 — Beberapa Kisah Kematian

by - November 22, 2018

22 November 2018

tak banyak yang ingin kuceritakan hari ini. semuanya terasa biasa saja, kecuali selera makanku yang melonjak naik. mungkin gara-gara vitamin yang kuminum satu sendok teh sehari setiap malam sebelum tidur.





dua hari lalu, salah seorang rekan kerjaku bercerita tentang tetangganya. tentangganya yang baru saja kehilangan seorang anak gadis yang masih duduk di bangku sekolah, tepatnya kelas 2 SMP. kisah ini mulai sedikit mengorek diriku sendiri entah bagaimana. kedua orang tua almarhumah sungguh sangat menyesali kepergian putrinya yang begitu cepat.

di sisa akhir hidupnya, gadis itu rupanya memang telah menjalani kehidupan yang keras. setiap hari ia pergi bersekolah dan mengurus adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. kedua orang tuanya bekerja sebagai penjual tahu di pasar tradisional setempat, selalu berangkat pagi-pagi buta dan pulang larut malam. entah bagaimana ceritanya, aku tak tahu pasti.

sampai akhirnya gadis itu mulai merasakan ada sesuatu yang tak beres dengan badannya. ia sering merasa lemas dan demam. nyeri di sekujur tubuhnya tak jarang tak ia hiraukan. ia tetap pergi bersekolah dan berkegiatan seperti biasa. hal tersebut mungkin telah berlangsung berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.

singkat cerita, pada suatu malam sang gadis merintih kesakitan dan menangis dalam kamarnya sembari berbaring. kedua orang tuanya yang baru saja pulang dibuat khawatir olehnya. mereka berdua panik bukan kepalang. sang ibu berusaha mengompres anak gadisnya dan berharap demam segera pergi, sementara sang ayah langsung pergi keluar mencari apotek yang masih buka untuk membeli obat. sialnya, tak ada satu warung atau apotek pun yang masih buka di tengah malam itu.

dan pada akhirnya, sang gadis meregang nyawa malam itu juga, entah bagaimana kronologis detailnya.





mendengar kisah dari salah satu rekan kerjaku ini sebenarnya membuatku begitu iba pada sang gadis. nasibnya sungguh malang, tak beruntung. seharusnya ia menjadi prioritas utama dalam keluarganya. seharusnya ia mendapatkan yang lebih baik dari itu. seharusnya hidupnya tak berakhir seperti ini.

kemudian sesaat setelah rekan kerjaku bercerita, aku berkaca pada diriku sendiri. melihat diriku dalam cermin, apakah aku akan bernasib sama dengan gadis kecil itu? apakah aku dan gadis kecil itu memiliki perasaan tersiksa yang serupa? entahlah.. banyak pertanyaan yang tak mampu kujawab sejak aku mendengar kisahnya.

dan tadi malam, aku baru saja menyelesaikan sebuah buku bacaan—novel—yang sudah 2 hari aku baca. sebuah novel berhalaman 250++ berjudul "Hendrick" karya Risa Saraswati. dikisahkan Hendrick adalah seorang anak tunggal dari ilmuan berkebangsaan belanda yang tinggal di hindia belanda—indonesia—tepatnya di kota bandung sekitar tahun 1800-an akhir. Hendrick adalah seorang anak tampan yang sangat ceria juga manja dan menjadi kesayangan kedua orang tuanya. sampai akhirnya ia jatuh sakit setelah ayahnya meninggal dunia dan sang ibu menjadi sangat membencinya (menganggap Hendrick adalah penyebab kematian suaminya—ayahanda Hendrick). di sisa hidupnya Hendrick begitu menyayangi sang ibu meski sang ibu membencinya. hingga akhirnya ia pergi meninggalkan dunia di dalam dekapan sang ibu dengan senyum dan damai.

jujur saja, aku sangat terharu dengan akhir kisah si anak belanda ini, juga dengan akhir kisah anak gadis yang dikisahkan oleh rekan kerjaku. semuanya terasa begitu menyakitkan. semuanya terasa begitu tak adil untuk sang anak. semuanya terasa begitu mendadak dan cepat.

lagi dan lagi tak henti-hentinya aku berkaca pada diriku sendiri. aku yang selalu merasa di kesampingkan oleh keluarga ternyata jauh jauh lebih beruntung dibanding anak gadis itu juga dibanding anak belanda itu. setidaknya ibuku tak menunjukkan rasa tak sukanya padaku (bila memang ia tak suka). setidaknya ayahku tak pernah berkata kasar kepadaku. setidaknya aku kini memiliki seseorang yang mau menemaniku serta mendengar segala keluh kesah dalam hidupku—membantuku sedikit demi sedikit bangkit dari keterpurukan.




ada beberapa hal di dunia ini yang mutlak bukan kuasa manusia untuk berkehendak dan hanya Tuhan yang mengetahui, yakni kelahiran, jodoh, serta kematian. 

kita tak bisa memilih dari keluarga mana kita dilahirkan, orang tua seperti apa yang akan merawat dan mengurus kita, saudara macam apa yang akan kita punya, dan status sosial di masyarakat seperti apa yang akan kita akan jalani dalam berkehidupan.

keluarga pun tak bisa memilih anak seperti apa yang mereka akan lahirkan ke dunia, anak seperti apa yang akan mereka rawat dan didik, juga karakter dan akhlak dari anak itu sendiri.

kita dan mereka hanya memiliki pilihan yang sama mengenai perkara tersebut—sama-sama tak bisa memilih. Tuhan yang memilihkan.

sungguh, hal-hal tersebut hanya Tuhan yang menentukan dan sudah menjadi rahasiaNya. tapi sejauh yang kupahami dari beberapa kisah tersebut adalah, Tuhan memiliki tujuan baik. hanya saja sebagai umatNya seringnya lalai menjaga titipan Sang Pencipta.

aku tak ingin bernasib sama seperti mereka. pun, aku tak ingin kelak menjadi orang tua seperti mereka. entahlah. aku belum mempelajari cara menjadi orang tua yang baik. aku kini masih sibuk menata diri. aku kini masih sibuk menulis untuk melepas stresku. aku masih sibuk menjadi seorang manusia biasa, perempuan biasa yang masih mencari bahagia.






You May Also Like

0 komentar