Jurnal #8 — Hasil Test dan Sumber Kekuatan

by - Desember 01, 2018

1 Desember 2018


alhamdulillah.. Ya Allah, thank you for giving me strength and faith.






hari pertama di bulan desember tahun 2018. hari sabtu. biasanya orang-orang pergi refreshing untuk hilangkan penat, entah bermain ke mall atau taman kota atau berenang. tak terkecuali aku. aku biasanya menghabiskan akhir pekan tentu saja dengan kekasih, entah kami pergi ke tempat makan atau mall, nonton bioskop, atau hanya sekedar di rumah saja berbincang-bincang. tak banyak memang yang bisa kami lakukan. namun, kami coba menikmatinya.


namun tidak hari ini...


hari ini aku benar-benar sedang 'kosong'. tak ada jadwal atau rencana kemana pun. oh ralat, ada satu rencana yang akan kulakukan sendirian akhir pekan ini; pergi ke laboratorium kesehatan kemudian mengunjungi dokter untuk memeriksa hasil laboratoriun. ya, ini tentang penyakit yang kuderita. aku akan melakukan hal-hal tersebut sendirian. 

jujur saja, awalnya aku takut. sejak kemarin saat tahu kalau kekasih tak bisa menemani, aku cukup kebingungan. bingung karena tak tahu siapa yang bisa menemani, bingung karena aku belum pengalaman apapun tentang hal semacam ini, dan bingung memutuskan apakah sabtu ini aku nekat pergi sendirian melakukan hal-hal itu.

akhirnya kemarin malam aku bertekad untuk menghadapinya sendirian. penyakit yang kuderita adalah hasil kebodohanku sendiri dan yang akan merasa nelangsa tersiksa karena ini tentu saja aku sendiri. oleh karenanya, aku nekat untuk menghadapi hal remeh—mengambil hasil cek laboratorium kemudian kunjungan dokter—ini sendirian. sejak kemarin aku benar-benar menanamkan dalam kepala bahwa aku adalah perempuan yang dibesarkan untuk mandiri, untuk tak bergantung pada orang lain, untuk mampu berdiri atau bahkan berlari di atas kaki sendiri. 







sepanjang perjalanan menuju laboratorium kesehatan, pikiran liarku kembali beraksi. kali ini merupakan aksi yang cukup positif, yakni memantrai atau mensugesti diri sendiri dengan kalimat-kalimat yang positif yang mampu mengubah sugesti atau stigma yang hatiku rasakan. 

aku bekata bahwa sore hari ini selepas hujan, aku berniat menyelesaikan urusanku sendiri. tak apa tak ada yang mendampingi. aku harus kuat apapun hasilnya kelak. aku harus sabar dan tabah. lagipula aku tak benar-benar sendirian, Allah menemaniku pergi ke laboratorium dan akan menemaniku melakukan kunjungan ke dokter. Allah memberiku kekuatan lebih untuk menjadi lebih kuat apapun hasilnya. Allah menjagaku meski aku tak melihatNya. Dia ada.

mulutku sibuk komat kamit melafal doa sepanjang perjalanan di atas motor driver ojek online. memantrai diriku sendiri bahwa Allah menemani. mengucap doa memohon agar Dia menemaniku dan menguatkan raga, hati serta mentalku untuk menerima apapun yang hidup beri padaku.

langkahku ringan sekali menuju laboratorim untuk pengambilan hasil test. seorang customer service mempersilahkanku menunggunya untuk mengambil hasil test lab. sebuah amplop besar berwarna putih serta sebuah amplop kecil berwarna senada dengan lambang dan keterangan nama kantor laboratorium kesehatan swasta tempatku memeriksakan kesehatanku.

di sela-sela makan siang sembari menunggu jam praktak dokter, aku penasaran dan membuka amplop kecil. oh ya, amplop kecil ukuran standar ini sebenarnya adalah hasil tes darah yang kulakukan kemarin. kulihat banyak sekali kata-kata yang tak kupahami selain trombosit dan leukosit juga angka-angka yang tak benar-benar kupahami. namun, kulihat hasil leukositku cukup tinggi (diatas rata-rata angka normal). 






rupanya hari ini bukanlah hari keberuntunganku. dokter yang menanganiku rupanya berhalangan praktek hari ini di klinik. aku ditangani oleh seorang dokter perempuan. dokter ini tak terlalu menjelaskan dengan pasti begitu kutunjukkan hasil test lab. ia hanya berkata bahwa cek darahku bagus dan hasil rontgen sendiri menunjukkan bahwa aku positif mengidap penyakit itu. ketika ia mengatakannya, aku benar-benar merasa siap mendengarnya. tak ada rasa sedih, tak ada rasa gentar atau lemah. rasanya responku pun terlihat cukup siap. ya, saat itu aku merasa Allah mendampingiku dan memberiku kekuatan untuk menghadapi ini hingga ia hilangkan rasa sedihku. terkejut? tentu saja aku terkejut. tapi aku merasa siap, kepalaku sudah berprasangka bahwa ini adalah hasil yang kuterima. positif.

hanya saja aku bingung, kemana aku harus melangkah setelah ini? aku benar-benar tak memiliki petunjuk tentang langkah berikutnya. dokter perempuan itu pun tak banyak membantu saat kutanya berbagai hal perihal tindak lanjut dari penyakitku ini. pikirku, aku harus sembuh dan menindaklanjuti hal serius ini.

entah apa yang ada dalam kepalaku, setelah kunjungan dokter aku malah ingin beli sebuah buku. ya, buku. dengan membaca mungkin bisa sedikit mengalihkan perhatianku. dan mungkin saja mengubah sudut pandangku sebagai manusia. entahlah.. Tuhan Tidak Pernah Tidur karya Reginna Brett adalah buku yang kubawa pulang dari toko buku. dan perasaanku membaik meski masih diselimuti kebingungan.








hari ini ingin mengucap syukur. Allah benar-benar menemaniku, tak membuatku merasa sendiri, dan memberi asupan kekuatan yang luar biasa. Alhamdulillah... 





(nrlhdyn — 01/12/2018 10:34PM)

You May Also Like

0 komentar